IndoProtest IndoProtest

From: LBH Manado lbhmdo@manado.wasantara.net.id
Subject: HABIBIE DATANG MANADO RUSUH
Date: Tue, 29 Sep 1998 19:37:30 +0800

Tidak hanya di Surabaya saja, Habibie disambut dengan aksi demonstrasi tapi juga di Manado pada saat Habibie melakukan kunjungan ke daerah ini sekaligus meresmikan sejumlah KAPET dan Tahun Bahari Internasional pada Sabtu, 26 September 1998. Aksi damai yang di organisir oleh AMARA (Aliansi Mahasiswa-Rakyat) Sulut berbuntut menjadi insiden berdarah. Berikut ini siaran pers AMARA sbb:

========================================================
SIARAN PERS
ALIANSI MAHASISWA-RAKYAT (AMARA) SULUT ========================================================

Pemerintah Soeharto telah tumbang tetapi pola-pola represif dalam mengamankan aksi-aksi mahasiswa maupun aksi rakyat yang menjadi andalan rezim orde baru dibawah kendali Soeharto, masih saja dipergunakan di era reformasi oleh aparat birokrat dan militer di daerah ini. Itulah yang dialamai peserta aksi damai pada Sabtu 26 September 1998. Kota Nyiur Melambai menjadi kacau dan rusuh akibat munculnya segerombolan massa yang direkayasa oleh birokrat dan militer untuk mengacaukan disertai pembantai dengan menggunakan senjata tajam kepada peserta aksi damai AMARA.

Kegiatan aksi yang pada dasarnya menolak kedatangan Habibie ke Manado sebagai presiden dan menuntut diturunkannya harga sembilan bahan pokok, dianggap sebagai pengacau dan perusuh. Dengan kejadian tersebut telah membuka mata rakyat melihat siapa sebenarnya yang menjadi pengacau di bumi nyiur melambai ini. Apakah kelompok mahasiswa dan rakyata yang menyuara kebenaran ? atau sejumlah pemuda yang dibiayai oleh pemerintah daerah atau konspirasi dengan pimpinan militer, untuk mengecar dan memukul bahkan membantaui dengan senjata tajam terhunus sehingga mengakibatkan sejumlah mahasiswa dan rakyat menajadi korban.

Peristiwa yang terjadi pada saat peringatan hari bahari internasional bukanlah yang pertama menimpa para aktivis dan rakyat pro-reformasi di Manado. Kasus yang terjadi pada tanggal 20 April 1998 di kampus Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, para mahasiswa di pukul oleh preman yang diorganisir oleh pihak rektorat. Begitu juga yang dialami oleh aktivis lainnya yang dianiaya secara sengaja di ruang ketua FKP DPRD Sulut oleh sekelompok preman yang tergabung dalam Fresgater hingga harus dirawat di rumah sakit, merupakan bukti bahwa kriminalisasi terhadap aktivis di sini merajalela. Dua peristiwa insiden itu hingga saat ini belum ada penyelesaian secara hukum bahkan ada indikasi kuat akan dipetieskan.

Berdasarkan hal itu, AMARA mengecam dan menuntut tindakan aparat keamanan serta pemda Sulut. Mereka yang seharusnya berkewajiban untuk menciptakan dan menangani keamanan daerah justru melakukan hal yang sebaliknya. Pemda dan ABRI secara sengaja menciptakan konflik antar rakyat dengan mahasiswa dengan menyebarkan isu-isu SARA yang sulit dipertanggung jawabkan serta rentan untuk kondisi Indonesia yang sangat majemuk ini.

Untuk itu, AMARA Sulut menuntut :

  1. Pemda Sulut harus bertanggungjawab atas peristiwa kerusahan 26 September 1998 tersebut.
  2. ABRI dan kepolisian harus mengusut tuntas dalang dan pelaku kerusuhan serta menyeret ke pengadilan.
  3. Birokrasi Pemda Sulut yang secara sengaja menyebarkan isu SARA serta mendanai kerusuhan tersebut, juga harus diseret kepengadilan
  4. Pimpinan organisasi kepemudaan di Sulut yang sengaja mengkoordinir para perusuh, harus diseret ke Pengadilan
  5. Pihak pemda sulut untuk bersifat aktif dan konkrit mengatasai masalah sembilan bahan pokok

Untuk itu kami mengajak kepada seluruh rakyat dan mahasiswa untuk bersatu memeperjuangkan keadilan yang harus kita miliki dengan cara menuntut agar dilakukanya Reformasi Total di segala bidang, tanpa harus termakan isu-isu sara yang disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

SEKALI BERARTI SUDAH ITU MATI!!!!!!!!!!!

Koordinator AMARA SULUT

Yonas Manutu.

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest