IndoProtest IndoProtest

Pernyataan Sikap Mahasiswa Minahasa (AMMUR plus) SULUT

MENYENTIL DINAMIKA KEMAHASISWAAN DI SULUT Oleh: Hasrullah

Salah satu yang menggejala dikalangtan mahasiswa selama ini adalah fenomena aksi mahasiswa sebagai suatu bentuk gerakan kemahasiswaan dengan aksentuase gerakan yang sama yaitu gerakan moral. Tujuannya adalah sama yaitu menuntut adanya reformasi dal am beberapa bidang: Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya.

Gerakan mahasiswa ini muncul kemudian dengan latar belakang kondisi negara yang sudah mengalami krisis multidimensional. Keadaan ini secara spontan diresponi oleh semua Perguruan Tinggi dalam bentuk yang berbeda. Sebagian besar Perguruan tinggi di Jawa me mberikan respon dalam bentuk aksi mimbar bebas yang dipercayai sebagai salah satu bentuk penyaluran aspirasi alternatif. Dalam paradigma Perguruan Tinggi dikatakan bahwa Perguruan Tinggi harus memiliki keperdulian terhadap setiap persoalan bangsa dan masyarakat tanpa harus terikat atau terpengaruh oleh kekuatan /hegemoni politik lokal maupun nasioanal. Perguruan Tinggi dala m paradigma ini adalah sebagai 'Bara Api' yang dengan sinarnya mampu memberikan penerangan kepada masyarakat sekitarnya tanpa ia harus dipegang dan disentuh oleh siapapun yang berkepentingan, baik dari pihak internal Perguruan Tinggi maupun dari pihak lua r. Sebagai sebuah lembaga tentunya memiliki beberapa unsur atau komponen yang berperan dalam menyikapi seluruh tatanan bangsa. Salah satunya dalam hal ini adalah mahasiswa yang pada posisi sama memiliki predikat sebagai agent social of change dan karenany a mahasiswa diharapkan tetap memainkan peran-peran strategisnya dalam setiap langkah proses pembangunan bangsanya. Demikian juga komponen lain yang ada dalam lembaga ini. Menjadi sebuah konsekwensi bahwa ketika suatu lembaga memiliki fungsi kemasyarakatan atau pada fungsi apapun, maka baik secara langsung maupu tidak langsung seluruh komponen dalam lembaga tersebut turut bertanggung jawab dan meresponya. Artinya mulai da ri rektor, lembaga pengabdian masyarakat, para dosen , apalagi Mahasiswa bahkan SATPAM dan pegawaipun harus selalu merasa prihatin terhadap setiap fenomena kerakyatan. Ketika beberapa pimpinan perguruan tinggi memberikan kejelasan sikapnya terhadap beberapa aksi kemahasiswaan yang terjadi, maka tanpa bermaksud kontradiktif terhadap kebijakan MENDIKBUD, menurut saya adalah suatu sikap yang paradigmatik sebagai suatu komp onen lembaga perguruan tinggi yang "independen". Keindependenan perguruan tinggi yang saya maksudkan adalah "pembiaran kebebasan" kreatifitas dalam mengartikulasikan makna fungsi sosial perguruan tinggi.

Ketika kebijakan MENDIKBUD tentang larangan berpolitik praktis mencuat kepermukaan, maka menjadi sebuah topik yamg menarik untuk diwacanakan dalam kerangka mencari makna dan batasan pengertian yang fleksibel. Hal ini menjadi penting untuk ditinjau kembal i ketika diperhadapkan dengan kebebasan mengembangkan kreatifitas individu dan lembaga. Sebab menurut saya politik adalah bentuk kreatifitas manusia. Salah satu aksentuase gerakan kemahasiswaan selama ini adalah gerakan moral. Maka pada dataran politik p raktis keterlibatan mahasiswa dalam politik dalam hal ini adalah politik dimensi moral yang dalam istilah Amin Rais adalah high politice. Suatu klaim yang menyatakan bahwa perguruan tinggi yang tidak melaksanakan aksi keprihatinan dianggap 'tidur' ketika perguruan tinggi lainnya melaksanakan aksi keprihatinan terhadap kondisi bangsa. Hal ini tidak bisa ditafsirkan bahwa perguruan tinggi ter sebut kurang memiliki keberanian dan perhatian terhadap fenomena kebangsaan . Hal ini terutama dikarenakan lambatnya dalam perolehan informasi total terhadap suatu masalah, serta kurang cepatnya kemampuan dalam mengakses informasi sehingga terkesan diam. Kondisi sepeti ini dialami oleh beberapa perguruan tinggi diluar pulau jawa tanpa terkecuali beberapa perguruan tinggi yang ada di SULUT. Tetapi akan menjadi sama dengan perguruan tinggi lainnya akan "gelisah" setelah secara kolektif mempu mengakses infe rmasi tentang berbagai persoalan yang ada.

Maka menjadi terbantahkan sebuah "mitos"yang beranggapan bahwa Perguruan Tinggi di SULUT adalah penakut dan "tidur"setelah mampu mengakses informasi dan mengetahui berbagai macam persoalan yang terjadi selama ini. Hal ini terbukti ketika bebera pa perguruan tinggi di SULUT yang tergabung dalam sebuah kelompok yang bernama Aksi Mahasiswa Minahasa Untuk Reformasi (AMMUR Plus) yang terdiri dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Manado (IKIP), Institut Teknologi Minaesa (ITM), dan Universitas Kr isten Indonesia Tomohon (UKIT) ditambah satu fakultas dari UNSRAT yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) .

Dalam aksi mahasiswa (AMMUR) yang terjadi di lokasi kampus IKIP Manado tanggal 24 April 1998 adalah salah satu bentuk keprihatinan terhadap kondisi kita sekarang ini yang intinya adalah menuntut adanya reformasi dalam berbagai bidang. Beberapa tuntutan reformasi dikeluarkan dalam pernyataan sikap antara lain adalah :

  1. Turunkan harga SEMBAKO
  2. Menuntut pemukulan beberapa mahasiswa tanggal 20 April 1998 dilokasi kampus UNSRAT pada saat aksi mahasiswa.
  3. Pemberdayaan lembaga-lembaga hukum.
  4. Mengedepankan budaya hukum dan bukan budaya kekuasaan
  5. Mendukung gerakan kemahasiswaan yang terjadi dipulau Jawa yang menuntut reformasi
  6. Menuntut adanya pemerintahan yang bersih (bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme) dan berwibawa
  7. Pemberdayaan lembaga-lembaga kerakyatan.

Beberapa tuntutan AMMUR Plus diatas pada dasarnya sama dengana tuntutan perguruan tinggi lainya yang terfokus pada persoalan reformasi politik, ekonomi, hukum, dan budaya. Urgensi reformansi saat ini adalah karena bangsa kita adalah bangsa yang bermartaba t yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta pembelaan terhadap hak-hak asasi manusia. Kesemuanya adalah dalam kerangka, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. yang kita cita-citakan bersama para pendahulu bangsa ini. Menjadi catatan sejarah bagi mahasiswa di SULUT untukl era modern bahwa selama beberapa tahun terakhir perguruan tinggi di sulut terkesan jalan sindiri-sendiri dalam menanggapi berbagai persoalan kemasyarakatan. Bahkan pada dataran kegiatan internal kampu s tidak pernah ada bentuk kerja sama. Maka pada momentum sekarang ini menjadi penting untuk kita semua perguruan tinggi yang ada di SULUT untuk selalu menyatukan fisi dalam melihat beberapa persoalan kemasyarakatan. AMMUR adalah wadah alternatif kita yang bisa diberdayakan dan dikembangkan terutama dalam proses penyadaran akan pentingnyan kerjasama perguruan tingi pada kegiatan-kegiatan formal nantinya. Maksud saya adalah perguruan tinggi di Minahasa dan Manado yang tergabung dalam AMMUR tidak hanya terb atas sampai disisini dalam kerja samanya, tetapi untuk era kedepan diharapkan tetap eksis dalam bentuk kegiatan ekstra korikuler lainya. Akhirnya kita sepakat bahwa hanya ada satu kata yaitu "REFORMASI",untuk mewujudkan impi! an kita "masyarakat adil dan makmur".

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest