IndoProtest IndoProtest

JAKARTA BERDARAH

Aksi Mahasiswa Menuntut Reformasi Dibubarkan dengan Berondongan Peluru

Jakarta (AJInews, 2/5/98) : Aksi damai yang digelar ribuan mahasiswa di sejumlah lokasi strategis di ibukota untuk menuntut reformasi dan menolak Soeharto, Minggu (2/5), dibubarkan dengan kekerasan oleh aparat keamanan. Sedikitnya lima mahasiswa terluka kena tembak, puluhan luka serius dan patah tulang, serta puluhan lainnya mengalami luka-luka ringan dan mata bengkak karena diterjang gas air mata. Tampaknya ini merupakan sebuah peringatan bagi masiswa bahwa mereka akan menghadapi militer apabila meneruskan aksi-aksinya setelah Soeharto sehari sebelumnya mengingatkan akan menindak bagi mereka yang memaksakan reformasi di luar garis pemerintah.

Keadaan paling mengenaskan dialami sekitar 2.000 mahasiswa yang berunjuk rasa di Jalan Pemuda, depan kampus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Rawamangun, Jakarta Timur. Di situ tercatat lima orang kena luka tembak, 33 korban luka serius dilarikan ke rumah sakit, dan puluhan lainnya luka ringan setelah petugas kepolisian menembakkan peluru karet dan gas air mata secara membabi-buta ke arah mahasiswa, tanpa peringatan sebelumnya.

Pembubabaran paksa dengan senjata ini agaknya merupakan sebuah perintah dari atas karena terjadi pada jam yang hampir bersamaan, sekitar pukul 13.30, dan di lapangan pimpinan aparat petugas keamanan tidak menampakkan batang hidungnya untuk bernegosiasi dengan mahasiswa sebagaimana selama ini berlangsung. Perintah ini kemungkinan datang dari Kapolda Metro Jaya Hamami Nata, bukan perintah langsung Pangab Wiranto.

Di IKIP Rawamangun, aksi dimulai pukul 11.55 saat sekitar 1.000 mahasiswa yang telah berkumpul di kampus IKIP berlarian menerjang pintu gerbang yang tertutup rapat, langsung membentuk barisan di tengah jalan. Sebelum mereka bergerak lebih lanjut, pasukan antihuru hara dan Brimob yang telah menanti mahasiswa segera membuat barikade. Beberapa kali terjadi aksi dorong-mendorong. Mahasiswa tidak bisa bernegosiasi dengan aparat karena komandan keamanan tidak memperlihatkan diri.

Beberapa kali terjadi aksi dorong-mendorong antara petugas dengan mahasiswa. Gagal menerbos barikade, mahasiswa menggelar orasi, meneriakkan yel-yel reformasi dan "Turunkan Harga, dan berulang kali menyanyikan lagu-lagu mars "Lawan, lawan, lawan dan menang. Hancurkan rezim penindas rakyat. Mereka juga mengacung-acungkan puluhan poster dan spanduk. Di antaranya bertuliskan "Reformasi atau Revolusi, Kini Saatnya Bapak Tahu Diri", "No More Kidnapping. Sejumlah mahasiswa juga membagi-bagikan bunga kamboja sebagai tanda kematian demokrasi kepada mobil-mobil yang lewat serta membagikan selebaran. Beberapa mahasiswa juga mencoba menempel poster-moster di depan kaca mobil yang lewat tetapi dengan ganas langsung dirobek-robek, diremas, dan dibuang begitu melewati barisan keamanan.

Aksi di tengah jalan itu berlangsung sekitar satu setengah jam. Pada pukul 13.20 kembali terjadi dorong-dorongan. Petugas agak kewalahan. Sekali lagi koordinator lapangan memerintahkan mahasiswa untuk maju dua langkah, saat itulah petugas mulai menendang dan memukul. Seorang mahasiswa kena pentungan. Provokasi itu membuat sejumlah mahasiswa berang dan mulai melempar gelas-gelas aqua. Sebuah batu besar dilempar ke arah petugas dari kerumunan massa penonton tetapi tidak mengenai petugas.

Sebagai jawabannya, seorang petugas meletuskan senjatanya ke arah udara. Rupanya itu merupakan sebuah komando. Begitu bunyi letusan senjata pertama kali terdengar, petugas anti huru-hara dari kepolisian, Unit Reaksi Cepat, dan Brimob memberondongkan peluru karet dan gas air mata ke arah mahasiswa. Mahasiswa dan masyarakat yang tidak mengantisipasi kejadian itu kocar-kacir. Anehnya pada saat itu semua gerbang menuju kampus ditutup sehingga mahasiswa maupun masyarakat tidak bisa melarikan diri. Mereka baru bisa masuk ke kampus setelah menjebol pintu gerbang atau melompati pagar, di tengah bunyi rentetan tembakan. Suasana sangat mencekam saat ratusan mahasiswa, ibu-ibu, dan anak-anak terjun, jatuh, atau didorong masuk ke selokan di pinggir kampus IKIP yang dalamnya sekitar dua setengah meter.

Seorang mahasiswi yang mengenakan jilbab diinjak-injak aparat dan didorong masuk selokan. Seorang petugas mengacung-acungkan sangkurnya menggiring mahasiswa dan masyarakat ke arah selokan. Dengan susah payah mereka memasuki kampus dengan menaiki tembok selokan dan pagar kampus. Masyarakat dan pengunjuk rasa sangat kewalahan karena dari dalam kampus juga terdengar suara tembakan dan gas air mata sudah menghadang. Selesai menghalau mahasiswa dengan berondongan peluru karet, petugas mengusir ribuan masyarakat yang menyaksikan dari seberang jalan. Pasukan antihuru hara dari AD hanya menonton dari jarak jauh.

Evakuasi dan pertolongan terhadap korban yang diselamatkan ke dalam kampus agak terlambat. Petugas P3K sangat sedikit dan tidak tersedia mobil ambulance. Sejumlah mahasiswa yang terkena luka tembakan akhirnya diangkut dengan mobil satpam kampus ke RS Persahabatan.

Di tengah massa yang kehabisan tenaga, Dosen IKIP Jakarta Nusa Putra, berdiri di atas tembok dan mengatakan, "Polisi melakukan ini seolah-olah kita penjahat. Sementara penjahat sesungguhnya bernama Soeharto dibiarkan. Kita tidak akan berhenti meneruskan perjuangan ini." Pimpinan unit massa dari 19 perguruan tinggi setelah berkumpul menghitung korban luka-luka dan mahasiswa yang hilang, juga bertekad untuk pantang mundur. Hingga berita ini ditulis, tercatat 59 mahasiswa belum kembali dan tiga penduduk yang menonton diangkut petugas.

Berikut daftar nama korban:

Korban terkena tembakan:

1. Feri (Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti)
2. Tuti idem
3. Arya Dewanto ( Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara)
4. Yeni Yuniani, luka-luka serius di lambung (IKIP Jakarta)
5. Aswin ( Universitas Ibnu Chaldun)
6. Rina (IKIP Jakarta)

Korban tusukan sangkur:
6. Imam (Universitas Ibnu Chaldun)

Korban luka-luka dan dibawa ke rumah sakit:
7. Fahmi IKIP Jakarta
8. Wisnu idem
9. Cecep idem
10. Darman idem
11. Bahren idem
12. Iqwan idem
13. Darmawansyah idem
14. Irwan idem
15. Yuli idem
16. Yeyen idem
17. Avin idem
18. Mamay idem
19. Anton idem
20. Kasub idem
21. Purnama idem
22. Mia idem
23. Anton idem
24. Umi idem
25. Hardi idem
26. Ati Yuliati idem
27. Taufiq Hidayat (STIE Rawamangun)
28. Anton idem
29. Koko idem
30. Elita ( Universitas Borobudur)
31. Ibrahim (Universitas Ibnu Chaldun)
32. Adiantoro idem
33. Imam idem
34. Clara (Universitas Atma Jaya)
35. Abraham idem
36. Fransiskus Miki idem
37. Dedi idem
38. Stanley idem

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest