IndoProtest IndoProtest

From: "Rico Hardiman" kadalbond@hotmail.com

Apakah Reformasi Indonesia sudah tercapai hanya dengan turunnya Suharto? Kemana Suara-suara Reformasi yang kemarin bergema di seluruh tanah air? Saat ini banyak pihak yang sibuk dengan pengusutan harta keluarga Suharto dan kesalahan-kesalahan nya di masa silam. Bahkan banyak pihak yang dulunya bagian dari kepemerintahan Suharto, sekarang ini juga ikut ambil andil dalam membongkar aib-aib lama yang sebenernya juga merupakan aib mereka sendiri. Hanya saja penyuaraannya aibnya itu di atas namakan Suharto.

Turunnya Suharto adalah langkah yang paling awal dari perwujudan Reformasi di Indonesia bukan puncak dari gerakan Reformasi Indonesia, karena yang perlu di Reformasi itu adalah System di Negara Indonesia yang selama ini terkontaminasi. Kenyataan yang ada sekarang ini tampaknya penurunan Suharto adalah puncak dari gerakan Reformasi. Jikalau kita mempunyai hati yang besar, kita harus mengakui proses kenaikan wakil president Habibie menggantikan posisi Suharto sebagai President RI, sebenarnya adalah pukulan yang mengalahkan gerakan Reformasi. Disitu terlihat kehebatan Mantan President kita dalam menyetir situasi kritis yang sedang dihadapinya. Rakyat menghendaki pemerintah saat itu untuk turun yang berarti "semua turun" melalui SUIMPR , saat itu terlihat kehebatan Pengaruh Suharto didalam negara Indonesia untuk menolak dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR/DPR, bahkan kehebatan beliau dalam melangkahi UUD 45 dengan mengangkat Habibie sebagai president di Istana Negara dan didepan MA; bukan di Gedung dan dihadapan MPR/DPR. Apakah ABRI tidak sanggup dalam mengatasi situasi saat itu ??? Atau Suharto sudah lupa akan janjinya yang rela berkorban demi rakyat Indonesia.... sehingga merasa pelantikan President cukup dilaksanakan di Istana Negara ??? Sedih rasanya melihat situasi riang gembira di Tanah Air melalui CNN saat Suharto meletakan jabatannya..... terlalu cepat untuk bersuka ria disaat yang sebenarnya gerakan Reformasi baru akan berjalan.

Masih segar dalam ingatan kita disaat-saat akhir kekuasaan Suharto Ketua MPR/DPR Harmoko bisa berkata bahwa Sidang Umum Istimewa MPR bisa dilaksanakan dalam waktu 10 hari ? Tetapi kenapa justru sekarang ini, disaat pemerintah menyetujui SUMPR kita masih harus menunggu sampai awal tahun 1999 ?? Apakah saat itu Harmoko mengatakan SIUMPR bisa diadakan dalam waktu 10 hari hanya karena posisinya yang sudah terjepit, akibat statement yang dibuatnya yang menghimbau Suharto untuk turun, yang di keluarkan setelah Suharto membuat Statement yang kontroversial di Mesir ???? 6 Bulan bukanlah masa yang sebentar di situasi sekarang ini untuk terjadi lagi letupan2 kerusuhan yang sudah mereda, apalagi pemerintah sudah merencanakan akan mencabut subsidi-subsidinya di beberapa sektor.

Seperti kata ekonom nasional Kwik kwan gie, Perekonomian kita saat ini belum berada dititik terendah..kita masih menuju kebawah selama 1-2 tahun mendatang. Setelah kita berada dititik terendah... baru kita bisa membangun kembali sedikit demi sedikit keatas. Dan selama masa itu, yang di perlukan adalah satu pemimpin yang bisa menjadi panutan nasional yang berdasarkan suara rakyat Indonesia sendiri, sehingga bisa menenangkan rakyat untuk menerima dan menjalani situasi yang buruk ini dengan tenang yang artinya tercipta suatu stabilitas politik, dan dengan modal ini kita bisa sedikit demi sedikit membangun kembali perekonomian di Indonesia. Dan hal itu hanya bisa tercapai dengan Sidang Umum Istimewa MPR.

Saat ini suara-2 yang ada kebanyakan masih berkisar atas pengusutan kekayaan Suharto, tanpa menyadari krisis kepemimpinan di Indonesia sendiri yang merupakan kunci untuk memperbaiki situasi sekarang ini. Bisa dibayangkan keadaan nanti jika pemerintah menarik subsidinya sementara kepemimpinan yang ada sekarang ini masih banyak di pertanyakan keabsahannya ? Harus mundur berapa puluh tahun Lagi Negara Kita?

Apa kita menunggu kerusuhan yang diakibatkan krisis kepemimpinan saat ini yang tidak segera kita atasi bersama , dan ABRI yang saat ini kelihatan bobrok dengan Statement bahwa tidak ada jendral dan perwira tersangkut di peristiwa Trisakti ( jika statement itu benar, ini menunjukan bahwa wibawa-2 para perwira ABRI tidak ada di dalam organisasi ABRI itu sendiri. Kalau statement itu hanya politik cuci tangan pihak tertentu saja, ini membuktikan mereka masih menganggap rakyat itu bodoh atau mereka sendiri yang bodoh) kembali aktif di kepemimpinan Nasional dengan dalih menjaga kesatuan dan persatuan Nasional?

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest