IndoProtest IndoProtest

Subject: Pertemuan SM Universitas Katolik

ParaHyangan Stop Press, 11 November 1998

Pertemuan Senat Mahasiswa Universitas Katolik (5-7 November 1998)
HASILKAN PERNYATAAN KEPRIHATINAN

Sepuluh Ketua Senat Mahasiswa Universitas yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) mengeluarkan pernyataan keprihatinan terhadap kondisi aktual yang terjadi di tanah air.

Kesepuluh Ketua Senat Mahasiswa itu mewakili perguruan tinggi Katolik masing-masing : Universitas Parahyangan (Bandung), Universitas Atmajaya (Ujung Pandang), Universitas Widya Mandala (Surabaya), Universitas Widya Karya (Malang), Universitas Widya Mandala (Madiun), Universitas Soegijapranata (Semarang), STT Musi (Palembang) Universitas St. Thomas (Medan), STIE Musi (Palembang), dan Universitas Atmajaya (Ujung Pandang).

Pernyataan keprihatinan itu dikeluarkan setelah mereka selama dua hari (5-6 November 1998) mengadakan pertemuan di Hotel Yehezkiel, Lembang. Pernyataan tersebut terdiri atas lima poin. Pertama, agar semua pihak menempatkan nilai martabat manusia di atas segala-galanya. Kedua, moralitas harus menjadi tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, menegakkan hukum dan keadilan secara jujur. Keempat, menjunjung tinggi kehidupan sosial yang harmonis. Dan kelima, mendukung ABRI untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai penjamin keamanan dan ketentraman rakyat.

Meski pertemuan itu tidak dihadiri tiga perguruan tinggi anggota APTIK lainnya - seperti Universitas Atma Jaya (Yogyakarta), Universitas Sanata Dharma (Yogyakarta), dan Universitas Widya Mandira (Kupang) - A.E. Rasi Wangge (Ketua Senat Mahasiswa Universitas Parahyangan) merasa yakin pernyataan ini dapat diterima. "Kami sedang konfirmasi ke mereka (ketiga perguruan tinggi tersebut - red) Dan saya kira bisa diterima. Karena kami bergerak pada tataran moral," ujar sosok yang sering dipanggil Wenyx ini yang saat itu bertindak sebagai juru bicara APTIK. Ketidakhadiran ketiga perguruan tinggi itu - lanjut Wenyx - bukan karena alasan politis, karena Atmajaya Yogyakarta saat ini tidak punya lembaga bernama senat mahasiswa dan lainnya mengalami kendala biaya dan jarak.

Khusus mengenai Sidang Istimewa (SI) MPR, sepuluh senat mahasiswa se-APTIK ini menilai tengah terjadi upaya mereduksi arti reformasi, misalnya tidak mendukung SI berarti anti-Habibie dan anti-Islam. Oleh karenanya mereka tidak mau terjebak akan upaya mempolitisir dan mereduksi arti reformasi tersebut. "Kami sangat menentang hal itu Apalagi sampai mempertengkarkan umat beragama. Kami sadar, agama jika dipakai sebagai kendaraan politik akan mampu memecah belah bangsa ini. Lagipula, sangat tidak etis memakai agama untuk tujuan politik," tegas Wenyx. Menanggapi hasil pertemuan rektor se- Indonesia, ia menyambut gembira dengan pernyataan bahwa para rektor akan selalu bersama mahasiswa dalam gerakan reformasi murni sebagai kekuatan moral dan intelektual. Namun ia tidak setuju bila rektor hanya meminta ABRI melindungi mahasiswa. "Harusnya para rektor menuntut, bukan meminta. Kalau meminta, berarti ABRI boleh menolak," ujarnya.

Pertemuan antar Ketua Senat Mahasiswa Universitas se- APTIK ini dinilai sukses baik dari pendapat beberapa perserta dan Unpar sebagai pihak penyelenggara. Hal ini diakui pula oleh F.X. Budiwidodo Pangarso - Pembantu Rektor III Unpar. Hanya ia merasa agak kecewa karena saat mereka mengeluarkan pernyataan (7 November 1998), pada waktu yang sama juga diadakan pertemuan rektor se- Indonesia yang diselenggarakan di Bandung. Namun mereka tidak langsung menyampaikannya ke pertemuan itu yang kemungkinan bisa menjadi salah satu pokok bahasan para rektor.

Sementara itu, pada 10 November 1998, mahasiswa Unpar (yang dipelopori oleh Komite Mahasiswa Unpar) bersama mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi lainnya memulai hari pertama mereka untuk aksi turun ke jalan dan berkumpul di DPRD Jabar menggelar mimbar bebas yang intinya menolak SI, adili Soeharto, dan turunkan Habibie. Mimbar yang bernama "Sidang Istimewa Rakyat" itu rencananya akan berlangsung sama dengan waktu SI MPR - hingga 13 November 1998. (paulus,renee/plw,rra) 

ParaHyangan Stop Press diterbitkan oleh Majalah ParaHyangan - Komunikasi Intelektualitas Mahasiswa

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest